Stop Kredit Macet dengan Sistem Manajemen Risiko

Author: Shconer Design // Category:
Jakarta - Perusahaan yang bergerak dalam bidang layanan finansial seperti bank dan asuransi biasanya memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan industri lain. Kejadian seperti kredit macet tentunya sangat ingin dihindari oleh pelaku bisnis di bidang ini.

Untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi, sistem manajemen risiko yang mumpuni tentunya mutlak dibutuhkan agar dapat membantu perusahaan menentukan keputusan terbaik terkait ancaman resiko yang menghadang.

Seperti yang coba ditawarkan Oracle, dengan menghadirkan solusi bernama Enterprise Risk management (ERM). Perusahaan yang berpusat di California, AS tersebut coba menawarkan sistem manajeman resiko yang secara khusus disiapkan bagi industri keuangan seperti bank dan asuransi.

"Enterprise Risk Management yang kami tawarkan disiapkan secara khusus bagi industri keuangan seperti bank dan layanan asuransi, karena industri keuangan merupakan sektor industri yang memiliki risiko tertinggi dibandingkan sektor lainnya," ujar Saloni Ramakrishna, Senior Director Financial Services Analytics Oracle saat berbincang dengan detikINET di Ritz Carlton, Jakarta.

"Untuk sektor industri lainnya, untuk saat ini belum kami siapkan. Namun seiring permintaan yang akan timbul, kelak kami pasti akan manghadirkannya juga," tambahnya.

ERM adalah sebuah sistem manajemen yang dapat membantu perusahaan untuk menentukan keputusan terkait kerentanan risiko yang mungkin terjadi.

Untuk memungkinkan hal tersebut, dijelaskan Saloni, dibutuhkan pondasi data yang relevan. Maksudnya adalah, pelaku industri yang akan mengimplementasikannya diwajibkan memiliki data relevan atau data yang benar-benar dibutuhkan dalam menganalisa sebuah risiko.

Contohnya, sebuah bank yang ingin meminimalkan resiko kredit macet yang kerap dialaminya. Tentunya dibutuhkan data-data relevan atau data yang memang berisi mengenai transaksi kredit. Selanjutnya data tersebut akan digunakan oleh ERM untuk menemukan solusi terbaik guna menghindari risiko yang ada.

"Pondasi data adalah hal yang sangat spesifik dan juga sangat penting dalam industri keuangan. Oleh karena itu, agar dapat menghasilkan solusi yang komperehensif, manajeman pondasi data yang baik akan sangat membantu," imbuh Solani.

Jadi secara sederhana, prinsip kerja ERM diawali dari kumpulan pondasi data-data yang relevan dengan topik yang mau diangkat sebagai dasar analisa.

Tentunya data tersebut akan ditempatkan pada sebuah sistem database yang akan digunakan oleh Analytical Application Infrastrucuture (AAI). Fungsinya adalah untuk menganalisa data tersebut.

Pada akhirnya, hasil analisa AAI akan hadir dalam bentuk reporting layer atau berupa urutan laporan. Nantinya laporan tersebut akan menjadi dasar sebuah perusahaan untuk menentukan tindakan selanjutnya terkait resiko yang ingin ditekan.

Sedangkan sebelum mengimplementasikan ERM, Solani menekankan agar perusahaan lebih dulu mengumpulkan seluruh data relevan yang bakal digunakan untuk menopang proses ERM.

Selanjutnya, seluruh pemikiran yang tergabung dalam proses ERM wajib memiliki visi sama, tentunya agar keputusan yang kelak diambil memiliki pandangan yang sama.

Setelah dua langkah tersebut terpenuhi, SDM dengan skill mumpuni tentunya mutlak dibutuhkan untuk menunjang operasional ERM. Sedangkan yang terakhir adalah teknologi pendukung yang akan digunakan oleh ERM, tentunya perangkat yang digunakan harus memiliki spesifikasi yang disarankan agar mampu memberikan kinerja yang diinginkan.

Waktu yang dibutuhkan untuk implementasi ERM pada perusahaan keuangan seperti bank misalnya, menurut Solani, paling lama sekitar tiga tahun. Terutama bagi perusahaan yang sebelumnya memang tidak dibekali sistem manajemen resiko.

Namun waktu tersebut menurut Solani bisa lebih cepat, bila perusahaan yang akan mengimplementasikan ERM telah lebih dulu mendefinisikan kebutuhannya. Dengan begitu implementasi ERM akan langsung menuju sasarannya.

"Ada baiknya perusahaan yang ingin mengimplementasikan ERM agar lebih dahulu memastikan tujuan implementasinya, dengan begitu waktu yang dibutuhkan tentunya akan jauh lebih cepat karena lebih terarah," Solani menandaskan.

Bila dilihat lebih jauh, ERM terlihat memang memiliki kemiripan dengan metode business analytics yang kini mulai tren di kalangan enterprise.

Bedanya, ERM lebih terfokus pada implementasinya di industri keuangan, sedangkan business analytics dapat diimplementasikan dalam berbagai industri. Namun hasil yang mampu diberikan oleh ERM pada industri keuangan tentunya masih lebih akurat dibandingkan menggunakan konsep business analytics biasa karena sudah terspesialisasi.

(ash/ash)
Sumber : http://inet.detik.com/read/2013/04/25/161546/2230499/319/stop-kredit-macet-dengan-sistem-manajemen-risiko

0 Responses to "Stop Kredit Macet dengan Sistem Manajemen Risiko"

Post a Comment