NEO Pulsa Gram

CANBERRA - Jutaan burung yang bermigrasi terancam mati akibat naiknya permukaan air laut serta reklamasi tanah. Reklamasi tanah membuat burung kesulitan ketika mencari makan.

Dilansir Phys, Senin (6/5/2013), studi mengenai perilaku migrasi burung pantai ini memprediksi bahwa area utama tempat mencari makan berkurang sekira 23 sampai 40 persen. Hal ini bisa menyebabkan penurunan populasi burung hingga 70 persen.

Tim ilmuwan dari National Environmental Research Programme yang didukung pemerintah Australia mengungkap, beberapa area habitat mencari makan burung pantai berada dalam posisi yang memprihatinkan. Sehingga, penurunan populasi burung bisa mencapai 30-80 persen.

"Setiap tahun, jutaan burung pantai berhenti di lahan basah (wetlands) untuk beristirahat dan mencari makan. Mereka bermigrasi dari Rusia dan Alaska menuju pesisir Asia Tenggara dan Australasia," ujar peneliti Richard Fuller. Australasia merupakan kawasan yang mencakup Australia, Selandia Baru dan pulau-pulau di sekitarnya.

Ia mengatakan, peneliti menemukan bahwa beberapa lahan basah ini sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Bahkan, lahan basah tempat mencari makan burung ini bisa hilang dalam beberapa dekade mendatang akibat tingginya permukaan air laut.

"Jika burung-burung tidak bisa lagi berhenti di daerah-daerah untuk 'mengisi bahan bakar' (istirahat dan makan), mereka tidak mungkin dapat menyelesaikan perjalanan ke tempat berkembangbiak," terangnya.

Para peneliti mempelajari lahan basah di sepanjang rute migrasi di Alaska, Rusia, China, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, Australia serta Selandia Baru.

Peneliti mengungkapkan, naiknya permukaan air laut ini bisa mencapai 150 centimeter (59 inci). Peningkatan tersebut bisa mengakibatkan berkurangnya lahan basah pesisir hingga 35 persen. (fmh)